Struktur Teks Hikayat


Struktur Teks Hikayat

Hikayat ialah teks bab dari prosa yang menyerupai dengan cerpen. Oleh lantaran itu struktur hikayat intinya sama dengan teks cerpen.  



1. Abstraksi

Merupakan ringkasan ataupun inti dari kisah yang akan dikembangkan menjadi rangkaian-rangkaian kejadian atau sanggup juga citra pertama dalam cerita. Abstrak bersifat opsional yang artinya sebuah teks hikayat boleh tidak menggunakan abstrak.

2. Orientasi

Adalah bagian teks yang berkaitan dengan waktu, suasana, maupun daerah yang berkaitan dengan hikayat tersebut.

3. Komplikasi

Berisi urutan kejadian-kejadian yang dihubungkan secara alasannya dan akibat. Pada bab ini kita sanggup mendapat aksara ataupun adab dari tokoh kisah alasannya kerumitan mulai bermunculan.

4. Evaluasi

    konflik yang terjadi yang mengarah pada titikpuncak mulai mendapat penyelesaiannya dari   konflik tersebut.

5. Resolusi

Pada bab ini si pengarang mengungkapkan solusi terhadap permasalahan yang dialami tokoh atau pelaku.

6. Koda

Ini ialah nilai ataupun pelajaran yang sanggup diambil dari suatu teks kisah oleh pembacanya.

misal teks hikayat dan analisis struktur teks hikayat 

HIKAYAT : PERKARA SI BUNGKUK DAN SI PANJANG

Hatta maka berapa lamanya Masyuhudulhakk pun besarlah. Kalakian maka bertambah-tambah cerdiknya dan akalnya itu. Maka pada suatu hari yaitu dua orang laki-istri berjalan. Maka sampailah ia kepada suatu sungai. Maka dicaharinya bahtera hendak menyebrang, tiada sanggup bahtera itu. Maka ditantinya kalau-kalau ada orang kemudian berperahu. Itu pun tiada juga ada kemudian bahtera orang. Maka ia pun berhentilah di tebing sungai itu dengan istrinya. Sebermula adapun istri orang itu terlalu baik parasnya. Syahdan maka akan suami wanita itu sudah tua, lagi bungkuk belakangnya. Maka pada sangka orang renta itu, air sungai itu dalam juga. Katanya, “Apa upayaku hendak menyeberang sungai ini?” 

Maka ada pula seorang Bedawi duduk di seberang sana sungai itu. Maka kata orang itu, “ Hai tuan hamba, seberangkan apalah kiranya hamba kedua ini, lantaran hamba tiada sanggup berenang; sungai ini tidak hamba tahu dalam dangkalnya.” Sesudah didengar oleh Bedawi kata orang renta bungkuk itu dan serta dilihatnya wanita itu baik rupanya, maka orang Bedawi itu pun sukalah, dan berkata di dalam hatinya, “Untunglah sekali ini!” 

Maka Bedawi itu pun turunlah ia ke dalam sungai itu merendahkan dirinya, hingga lehernya juga ia berjalan menuju orang renta yang bungkuk laki-istri itu. Maka kata orang renta itu, “Tuan hamba seberangkan apalah hamba kedua ini.” Maka kata Bedawi itu, “sepertiyang hamba hendak bawa tuan hamba kedua ini? Melainkan seorang juga lampau maka boleh, lantaran air ini dalam.” 

Maka kata orang renta itu kepada istrinya, ”Pergilah diri lampau.” Sesudah itu maka turunlah wanita itu ke dalam sungai dengan orang Bedawi itu. Arkian maka kata Bedawi itu, ”Berilah barang-barang bekal-bekal tuan hamba lampau, hamba seberangkan.” Maka didiberi oleh wanita itu segala bekal-bekal itu. Sesudah sudah maka dibawanyalah wanita itu diseberangkan oleh Bedawi itu. Syahdan maka akal-akalan diperdalamnya air itu, supaya dikata oleh si Bungkuk air itu dalam. Maka sampailah kepada pertengahan sungai itu, maka kata Bedawi itu kepada wanita itu, ”Akan tuan ini terlalu bagus rupanya dengan mudanya. Mengapa maka tuan hamba berlakikan orang renta bungkuk ini? Baik juga tuan hamba membuangkan orang bungkuk itu, supaya supaya tuan hamba, hamba ambil, hamba jadikan istri hamba.” Maka berbagai-bagailah katanya akan wanita itu. 

Maka kata wanita itu kepadanya,”Baiklah, hamba turutlah kata tuan hamba itu.” Maka apabila sampailah ia ke seberang sungai itu, maka keduanya pun mandilah, setelah sudah maka makanlah ia keduanya segala perbekalan itu. Maka segala kelakuan itu tiruananya dilihat oleh orang renta bungkuk itu dan segala hal wanita itu dengan Bedawi itu. Kalakian maka heranlah orang renta itu. Sesudah sudah ia makan, maka ia pun berjalanlah keduanya. Sesudah dilihat oleh orang renta itu akan Bedawi dengan istrinya berjalan, maka ia pun berkata-kata dalam hatinya, ”Daripada hidup melihat hal yang demikian ini, oke saya mati.” Sesudah itu maka terjunlah ia ke dalam sungai itu. Maka heranlah ia, lantaran dilihatnya sungai itu airnya tiada dalam, maka mengarunglah ia ke seberang kemudian diikutinya Bedawi itu. melaluiataubersamaini hal yang demikian itu maka sampailah ia kepada dusun daerah Masyhudulhakk itu. Maka orang renta itu pun hadirlah mengadu kepada Masyhudulhakk. 

Sesudah itu maka disuruh oleh Masyhudulhakk panggil Bedawi itu. Maka Bedawi itu pun hadirlah dengan wanita itu. Maka kata Masyhudulhakk, ”Istri siapa wanita ini?” Maka kata Bedawi itu, ”Istri hamba wanita ini. Dari kecil lagi ibu hamba pinangkan; sudah besar dinikahkan dengan hamba.” Maka kata orang renta itu, ”Istri hamba, dari kecil nikah dengan hamba.” Maka dengan demikian jadi bergaduhlah mereka itu. Syahdan maka gemparlah. Maka orang pun berhimpun, hadir melihat hal mereka itu ketiga. Maka bertanyalah Masyhudulhakk kepada wanita itu, ”Berkata benarlah engkau, siapa suamimu antara dua orang pria ini?” Maka kata wanita celaka itu, ”Si Panjang inilah suami hamba.” Maka pikirlah Masyhudulhakk, ”Baik kepada seorang-seorang saya bertanya, supaya berketahuan siapa salah dan siapa benar di dalam tiga orang mereka itu.

Maka diperjauhkannyalah pria itu keduanya. Arkian maka diperiksa pula oleh Masyhudulhakk. Maka kata wanita itu, ”Si Panjang itulah suami hamba.” Maka kata Masyhudulhakk, ”Jika sungguh ia suamimu siapa mentuamu pria dan siapa mentuamu wanita dan di mana daerah duduknya?” Maka tiada terjawaban oleh wanita celaka itu. Maka disuruh oleh Masyhudulhakk perjauhkan. Sesudah itu maka dibawa pula si Panjang itu. Maka kata Masyhudulhakk, ”Berkata benarlah engkau ini. Sungguhkan wanita itu istrimu?” Maka kata Bedawi itu, ”Bahwa wanita itu sudah nyatalah istri hamba; lagi pula wanita itu sendiri sudah diberikrar, menyampaikan gamba ini tentulah suaminya.” Syahdan maka Masyhudulhakk pun tertawa, seraya berkata, ”Jika sungguh istrimu wanita ini, siapa nama mentuamu pria dan mentuamu perempuan, dan di mana kampung daerah ia duduk?” Maka tiadalah terjawaban oleh pria itu. 

Maka disuruh oleh Masyhudulhakk jauhkan pria Bedawi itu. Sesudah itu maka dipanggilnya pula orang renta itu. Maka kata Masyhudulhakk, ”Hai orang tua, sungguhlah wanita itu istrimu sebenar-benarnya?” Maka kata orang renta itu, ”Daripada mula pertamanya.” Kemudian maka dikatakannya, siapa mentuanya pria dan wanita dan di mana templat duduknya. Maka Masyhudulhakk dengan sekalian orang banyak itu pun tahulah akan salah Bedawi itu dan kebenaran orang renta itu. Maka hendaklah disakiti oleh Masyhudulhakk akan Bedawi itu. Maka Bedawi itu pun mengakulah salahnya. Demikian juga wanita celaka itu. Lalu didera oleh Masyhudulhakk akan Bedawi itu serta dengan wanita celaka itu seratus kali. Kemudian maka disuruhnya tobat Bedawi itu, tidakboleh lagi ia berbuat pekerjaan demikian itu. Maka bertambah-tambah masyhurlah pandai bijaksana Masyhudulhakk itu. 

1)      Abstraksi

ialah ringkasan ataupun inti dari kisah yang akan dikembangkan menjadi rangkaian-rangkaian kejadian atau sanggup juga citra pertama dalam cerita. Abstrak bersifat opsional yang artinya sebuah teks cerpen boleh tidak menggunakan abstrak.

                        Kutipan teks

            Hatta maka berapa lamanya Masyuhudulhakk pun besarlah. Kalakian maka bertambah-tambah cerdiknya dan akalnya itu.

2)      Orientasi

adalah yang berkaitan dengan waktu, suasana, maupun daerah yang berkaitan dengan cerpen tersebut.

                        Kutipan teks

Maka pada suatu hari yaitu dua orang laki-istri berjalan. Maka sampailah ia kepada suatu sungai. Maka dicaharinya bahtera hendak menyebrang, tiada sanggup bahtera itu. Maka ditantinya kalau-kalau ada orang kemudian berperahu. Itu pun tiada juga ada kemudian bahtera orang. Maka ia pun berhentilah di tebing sungai itu dengan istrinya. Sebermula adapun istri orang itu terlalu baik parasnya. Syahdan maka akan suami wanita itu sudah tua, lagi bungkuk belakangnya. Maka pada sangka orang renta itu, air sungai itu dalam juga. Katanya, “Apa upayaku hendak menyeberang sungai ini?” 

3)      Komplikasi

mencakup urutan kejadian-kejadian yang dihubungkan secara alasannya dan akibat, pada struktur ini engkau sanggup mendapat aksara ataupun adab dari tokoh kisah alasannya kerumitan mulai bermunculan.

                        Kutipan teks

Maka ada pula seorang Bedawi duduk di seberang sana sungai itu. Maka kata orang itu, “ Hai tuan hamba, seberangkan apalah kiranya hamba kedua ini, lantaran hamba tiada sanggup berenang; sungai ini tidak hamba tahu dalam dangkalnya.” Sesudah didengar oleh Bedawi kata orang renta bungkuk itu dan serta dilihatnya wanita itu baik rupanya, maka orang Bedawi itu pun sukalah, dan berkata di dalam hatinya, “Untunglah sekali ini!”

4)      Evaluasi

struktur konflik yang terjadi yang mengarah pada titikpuncak mulai mendapat penyelesainya dari konflik tersebut.

                        Kutipan teks

Sesudah itu maka disuruh oleh Masyhudulhakk panggil Bedawi itu. Maka Bedawi itu pun hadirlah dengan wanita itu. Maka kata Masyhudulhakk, ”Istri siapa wanita ini?” Maka kata Bedawi itu, ”Istri hamba wanita ini. Dari kecil lagi ibu hamba pinangkan; sudah besar dinikahkan dengan hamba.” Maka kata orang renta itu, ”Istri hamba, dari kecil nikah dengan hamba.” Maka dengan demikian jadi bergaduhlah mereka itu. Syahdan maka gemparlah. Maka orang pun berhimpun, hadir melihat hal mereka itu ketiga. Maka bertanyalah Masyhudulhakk kepada wanita itu, ”Berkata benarlah engkau, siapa suamimu antara dua orang pria ini?” Maka kata wanita celaka itu, ”Si Panjang inilah suami hamba.” Maka pikirlah Masyhudulhakk, ”Baik kepada seorang-seorang saya bertanya, supaya berketahuan siapa salah dan siapa benar di dalam tiga orang mereka itu. 

5)      Resolusi

Resolusi – Pada struktur bab ini si pengarang mengungkapkan solusi yang dialami tokoh atau pelaku.

                        Kutipan teks

Maka diperjauhkannyalah pria itu keduanya. Arkian maka diperiksa pula oleh Masyhudulhakk. Maka kata wanita itu, ”Si Panjang itulah suami hamba.” Maka kata Masyhudulhakk, ”Jika sungguh ia suamimu siapa mentuamu pria dan siapa mentuamu wanita dan di mana daerah duduknya?” Maka tiada terjawaban oleh wanita celaka itu. Maka disuruh oleh Masyhudulhakk perjauhkan. Sesudah itu maka dibawa pula si Panjang itu. Maka kata Masyhudulhakk, ”Berkata benarlah engkau ini. Sungguhkan wanita itu istrimu?” Maka kata Bedawi itu, ”Bahwa wanita itu sudah nyatalah istri hamba; lagi pula wanita itu sendiri sudah diberikrar, menyampaikan gamba ini tentulah suaminya.” Syahdan maka Masyhudulhakk pun tertawa, seraya berkata, ”Jika sungguh istrimu wanita ini, siapa nama mentuamu pria dan mentuamu perempuan, dan di mana kampung daerah ia duduk?” Maka tiadalah terjawaban oleh pria itu.

6)      koda Koda – Ini ialah nilai ataupun pelajaran yang sanggup diambil dari suatu teks ceriita oleh pembacanya.

            Kutipan teks

Maka disuruh oleh Masyhudulhakk jauhkan pria Bedawi itu. Sesudah itu maka dipanggilnya pula orang renta itu. Maka kata Masyhudulhakk, ”Hai orang tua, sungguhlah wanita itu istrimu sebenar-benarnya?” Maka kata orang renta itu, ”Daripada mula pertamanya.” Kemudian maka dikatakannya, siapa mentuanya pria dan wanita dan di mana templat duduknya. Maka Masyhudulhakk dengan sekalian orang banyak itu pun tahulah akan salah Bedawi itu dan kebenaran orang renta itu. Maka hendaklah disakiti oleh Masyhudulhakk akan Bedawi itu. Maka Bedawi itu pun mengakulah salahnya. Demikian juga wanita celaka itu. Lalu didera oleh Masyhudulhakk akan Bedawi itu serta dengan wanita celaka itu seratus kali. Kemudian maka disuruhnya tobat Bedawi itu, tidakboleh lagi ia berbuat pekerjaan demikian itu. Maka bertambah-tambah masyhurlah pandai bijaksana Masyhudulhakk itu.
(Sumber : Ahmad Zuhri)
Tag : PEMBELAJARAN
0 Komentar untuk "Struktur Teks Hikayat"

Back To Top